Rabu, 26 November 2014

Pengertian, Kaidah- Kaidah dan Konsep Dasar Fiqih Dakwah Dalam Memahami Sikap Prilaku Sosial Manusia dan Lingkungannya

Pengertian, Kaidah- Kaidah dan Konsep Dasar Fiqih Dakwah Dalam Memahami Sikap Prilaku Sosial Manusia dan Lingkungannya

a.      Pengertian
Fiqh dakwah[1]Dalam perkembangannya, fiqh telah dikaji secara tematis, sehinga muncul istilah istilah baru yang merujuk pada masalah fiqh antara lain fiqh kedokteran, fiqh wanita dan fiqh dakwah (masalah yang terkait dengan kegiatan dakwah).dan lain- lain.  Istilah yang masih sepadan dengan pembahasan fiqh dakwah ialah fiqh al sirah (fiqh sejarah nabi Muhammad saw), fiqh al waqi’ (fiqh realitas), fiqh al masuliah (fiqh tanggung jawab sosial).
Defenisi fiqh al waqi’ adalah menjabarkan sumber ilmu pengetahuan yang masih bersifat global dalam alquran dan al sunnah ke dalam kejadian kejadian yang ada pada setiap waktu dan tempat, bukan mencari dasar untuk suatu dasar atau peristiwa. Fiqih ini menekankan pada nas yang terkait dengan perbuatan manusia, termasuk manusia sebagai sasaran dakwah.
Demikian pula, fiqh al masuliah juga membahas tugas tugas seorang muslim terhadap masyarakatnya. Diantara tugas tugas tersebut ialah ia berkewajiban menjadi seorang pendakwah.[2]
Fiqh dakwah dapat dikelompokkan ke dalam wilayah muamalah, oleh karena itu penjelasan tentang dakwah dalam alquran dan hadis tidak terperinci.
Secara bahasa Fiqh dakwah berasal dari dua kata yaitu fiqh dan dakwah. Kata fiqih (فقه) secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al fahmu al mujarrad (الفهم المجرد), yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja Makna yang kedua adalah al fahmu ad daqiq (الفهم الدقيق), yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas.[3]Sedangkan dalam istilah fiqih yaitu : ”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”[4]
Sedangkan kata dakwah berasal dari kata da’a yang berarti menyeru, mengajak. Adapaun makna lain dari dakwah yaitu :
1.      An-Nida artinya memanggilda’a fulanahun ila fulanah (si fulan memanggil si fulan)
2.      Menyeru, ad du’a ila sya’iarinya menyeru dan mendorong kepada sesuatu
3.      Ad – dakwah’wat ila qaddiyat artinya : menegaskan atau membelanya, baik terhadap yang hak maupun yang bathil, yang positif maupun yang negative.[5]
Sedangkan secara istilah dakwah yaitu: kegiatan menyeru dan menyakinkan orang lain supaya menerima sesuatu kepercayaan. Dakwah juga adalah mengajak untuk patuh kepada ajaran agama Islam dengan lebih sempurna.
Dari pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan tentang pengerian fiqh dakwah yaitu :memberi kefahaman, pengetahuan, mengenali hak diri dan tanggungjawab sebagai seorang yang menyebarkan seruan Islam kepada semua manusia untuk mengajak mereka mengenali Allah. Selain dari itu juga, fiqh dakwah adalah untuk mengajak atau menyeru manusia untuk mengamalkan ajaran Islam dengan lebih sempurna lagi.
Dari pengertian diatas, dapat di intiisarikan dakwah islam itu terdapat dalam surat alfatiah, karena titik tuju dakwah islam itu member pengertian kepada umat manusia agar mengambil segala Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur'an untuk jalan hidupnya[6]. Adapun yang membedakan fiqh dakwah dengan ilmu dakwah adalah , ilmu dakwah membahas apa adanya tentang kegiatan dakwah, sedangkan fiqih dakwah membahas apa yang seharusnya di lakukan dalam kegiatan dakwah. Jika teologi dakwah laksana motor yang berfungsi sebagai pendorong, maka ilmu dakwah adalah kendaraan beserta komponenya, dan fiqh dakwah merupakan jalan beserta rambu- rambunya. Dengan kata lain, agar bersemangat dalam berdakwah kita belajar teologi dakwah, untuk menemukan strategi dakwah kita mempelajari ilmu dakwah, dan supaya dakwah kita terarah dnegan benar dibutuhkan kajian tentang fiqh dakwah. [7]
b.      Kaidah- Kaidah Fikih Dakwah
Kaidah –kaidah fiqih dakwah sering di pakai dalam memutuskan perkara hukum. Kaidah fiqih sering di rumuskan dengan kata yang singkat tapi dengan makna yang padat. Ada kaidah yang di dasarkan pada ayat suci Al-Qur'an dan hadits nabi Muhammad SAW dan adapula kaidah yang merupakan generalisasi dari berbagia kasus.
Ada dua bentuk kaidah yang dapat di manfaatkan untuk kegiatan dakwah yaitu[8] :
1.      Kaidah fiqih untuk dakwah (Al-qawa’id Al-fiqiyah li Al-Qur'an- dakwah ) yang di jadikan sebagai instrument yang berkenaan dengan dakwah.
2.      Prinsip – prinsip dakwah (Al-Qawa’id li dakwah ) yang menjadi strategi, metode, atau teknik dalam mencapai dakwah yang efektif.
Selain bentuk kaidah diatas, dalam fiqih dakwah juga dikenal beberapa kaidah lain yaitu[9] :
1.      Memberi keteladanan sebelum berdakwah
Menurut kamus besar bahasa Indonesia teladan adalah memberikan contoh yang baik, atau menjadi contoh yang patut ditiru. Hal itulah yang harus dimiliki oleh seorang da’i. dalam menjadi seorang teladan, da’I dapat melihat contoh yang ada pada diri nabi Muhammad SAW, seperti yang dijelaskan dalam surat al – ahzab : 21
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).

Seorang mukmin sejati wajib memulai sesuatu dari dirinya sebelum dia mengajak orang lain. Adalah mudah bagi seseorang untuk mengaku beragama, akan tetapi memang sulit untuk mempraktekkannya pada diri sendiri dan menjadi dirinya sebagai panutan yang dicontoh bagi umat manusia.
2.      Mengikat hati sebelum menjelaskan
a.       Prinsip kasih sayang (arrahman arrahim) seperti yang terdapat dalam surat al Anbiya’ 107
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ
Artinya : Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.( Q.S al Anbiya’ 107)
b.      Prinsip adabtasi dengan kondisi dan situasi apapun yaitu tetap berdakwah meski dalam keadaan senang maupun susah
c.       Prinip berkata dengan perkataan yang lemah, lembut, sopan serta bahasa yang menyentuh hati seperi dalam surat Ali- Imran 159
d.      Prinsip sabar dalam menghadapi cobaan yaitu dalam surat an-Nahl 126-127
3.      Mengenal sebelum Memberi Beban
Para dai harus menjelaskan secara rinci apa-apa yang ingin mereka sampaikan kepada objek dakwah , sebelum memberi beban kepada mereka. Memberi tahu sumber makrifat dan segala motivasi serta tujuan yang melandasi semua amalan tersebut. Dai harus memberitahu sumber taklif atau landasan beramal agar hati orang yang beramal mantap dan menambah kesanggupannya dalam ketaatan.
Fase pengenalan sangat penting dalam dakwah, karena apabila seorang dai baik dalam mengemukakan awal dakwahnya berupa pengenalan, maka hati manusia akan terbuka untuk menerima dan mereka menjadi senang untuk melaksanakannya.
4.      Bertahap dalam Pembebanan
Pekerjaan yang paling sulit dan paling berat adalah aktivitas pendidikan dan pembinaan karena jiwa-jiwa beragam itu masing-masing mempunyai tabiat yang khusus dan spesifik. Dari situlah diperlukan cara yang khusus untuk membina dan memperbaikinya. Oeh karena itu Rasulullah memberikan jalan keluar yang berbeda kepada setiap orang, dan mengarahkan sesuai dengan tingkat kemampuannya. Kemudian setiap dai wajib bersikap lembut dan melakukan pendekatan serta terapi secara bertahap. Adapun tahap-tahap dalam memberikan pembebanan sebagai berikut :
5.      Memudahkan bukan menyulitkan
Seorang dai wajib berbicara dengan manusia sesuai dengan kadar akalnya, sehingga memudahkan apa-apa yang terasa sulit dan menjelasakan apa-apa yang belum jelas bagi mereka. Diantara mempermudah itu adalah menjauhi sikap sok fasih dan berlebihan dalam berbicara. Ini adalah suatu sikap dan perbuatan yang dituntut untuk memiliki oleh setiap dai
6.      Yang pokok sebelum yang cabang
Karena seorang dai wajib membawa objek dakwah menuju keluasan cakrawala islam dan mengarahkan pribadi mereka dengan penuh semangat dan keimanan kea rah kehidupan yang islami, yang akan membawa manusia kepada yang hakiki maka seorang dai perlu untuk terlebih dahulu melaksanakan apa-apa yang menjadi kewajiban dirinya,baru kemudian dia berupaya mengubah apa-apa yang ada pada orang lain sampai Allah berkehendak untuk mengubah itu semua dari kerusakan menjadi kebaikan.
Agar seorang dai dapat berinteraksi dengan jiwa madu, disini seorang dai wajib memulai dari yang pokok dengan metode yang mudah dipahami oleh objek objek dakwah, sehingga pesan dakwah sampai kepada mereka.
7.      Membesarkan Hati sebelum Memberi Ancaman
Seruan untuk berbuat kebaikan, melaksanakan ketaatan dan beristiqamah di atas perintah Allah adalah amal saleh yang sangat ditekankan dalam Al Quran dan sunnah. Semua itu didahului dengan berbagai janji dan kabar gembira yang banyak baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu setiap dai wajib mendahulukan kabar gembira sebelum ancaman.
8.      Memahamkan bukan Mendikte
Semua amal menuntut adanya pemahaman mendalam tentang pokok-pokok ajaran islam maupun cabang-cabangnya, dasar-dasar islam maupun detail ajarannya. Bukan sekedar nash-nash yang dibacakan saja, tetapi juga ruh yang menghidupkan dan cahaya yan menerangi jalan. Dia mempunyai kepedulian dan perhatian yang besar untuk melihat dirinya, orang lain dan kehidupan ini dengan mata hatinya yang tajam. Untuk itu seorang dai harus mampu menghidupkan suasana untuk menyampaikan risalah islam dengan pemahaman yang mendalam dan kepekaan yang tinggi. Karena islam bukan sekedar tumpukan nash-nash tekstual yang ditransfer dan diomongkan dari mulut ke mulut sebagaimana yang dipahami oleh sebagaian orang.
9.      Mendidik bukan Memperlakukan
Yaitu seorang dai tidak boleh mempermalukan madu apabila madu tersebut berbuat salah melainkan memberikan nasehat yang tidak membuat madu terpuruk dan putus asa tetapi memberikan nasehat yang mengandung motivasi dan memcerdaskan madu untuk kembali ke jalan islam.
10.  Muridnya Guru bukan Muridnya Buku
Diantara kesalahan yang paling besar yang diambil oleh seorang da’I yang mengambil nash- nash Al-Qur'an dan hadits secara langsung dan berguru kepada buku, tanpa mau merujuk pada orang alim yang mempunyai keahlian dibidang itu. atau merujuk kepada seorang da’I yang ahli, yang bisa menjelaskan kepadanya tentang kesulitan–kesulitan yang sedang dihadapi, berupa pemahaman dan segala sesuatu yang tidak dipahaminya.

c.       Konsep Dasar Fiqh Dakwah Dalam Memahami Sikap Dan Perilaku Sosial Manusia Dengan Lingkungannya
Aktivitas masyarakat dewasa ini berkembang begitu cepat dan pesat, melampaui kecepatan berpikir manusia. Demikian ungkap Dr. Ali Gom'ah, Mufti Negara Mesir. Realita ini berdampak pada munculnya penyikapan-penyikapan yang cenderung datar dan mengambang dari berbagai macam lapisan masyarakat, termasuk diantaranya para da'i. Sehingga tidak jarang sikap-sikap tersebut bukannya menyelesaikan masalah. Akan tetapi malah sebaliknya, semakin menambah runyam permasalahan yang ada.


Sebagaimana dalam surat an-Nahal ayat 44
ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ ̍ç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur šcr㍩3xÿtGtƒ ÇÍÍÈ  
Artinya : keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan,
[829] Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.
1.      subjek dakwah[10]
Adapun subjek dakwah pada hakekatnya adalah Allah SWT. Kemudian dalam alquran dijelaskan subjek dakwah adalah para rasul dan orang-oran mukmin. Kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi subjek dakwah ialah orang- orang mukmin. Sebagaimana dalam surat Ali-Imran 104 :
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. merekalah orang-orang yang beruntung.( Ali-Imran 104
2.      Objek dakwah
Objek dakwah terbagi atas dua yaitu :
·         Umat ijabah yaitu orang islam yang sudah islam
·         Umat dakwah yaitu umat non muslim
3.      Pesan atau materi dakwah
Ada dua yaitu :
·         Makkiyah berupa keyakinan/ akidah (beribadah, berpuasa atau mengesakan Allah)
·         Madaniyah yaitu masalah social
4.      Metode dakwah
Ada 3 metode dakwah berdasarkan surat an nahl 125 yaitu :
·         Metode hikmah yaitu cara dakwah melalui beranekaragam informasi tentang pemberdayaan akal dalam dalam mengenal Tuhan dengan segala konsekuensi logis yang dapat mengantarkan orang lain untuk dapat berbuat kepada yang bermanfaat dalam menempuh kehidupan lahiriah dan batiniah.
·         Metode mauizatul hasanah yaitu metode dakwah dengan penerangan dan penyiaran sera bimbingan-bimbingan kepada masyarakat dengan mempergunakan gaya bahasa yang relevan dengan keadaan umat diiringi dengan dalil-dalil yang jelas.
·         Metode mujadilah al lati hiya ahsan yaitu metode dakwah dengan cara diskusi yang dilandasi argumentasi yang mempergunakan dalil yang kompleksitas dan dapat memberikan petunjuk.
5.      Media dakwah
Merupakan  alat dalam melaksanakan proses dakwah seperti dengan media mimbar, meidia ceetak, dan media eletronik. Yang bertujuan untuk mengefesienkan penyampaian dakwah



[1] Moh. Ali aziz, ilmu dakwah edisi revisi, kencana prenada media group, Jakarta : 2009. Hal 157
[2] ibid Hal156
[3] Ahamad sarwat, pengertian fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013 jam 20: 15
[4] Ahamad sarwat, pengertian fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013 jam 20: 15
[5] Jum’ah amin abdul aziz, fiqih dakwa, intermedia,solo: 2005, hal 24
[6] A. Hasyimi, dustur dakwah menurut Al-Qur'an, bulan bintang,Jakarta: 1974 hal 1
[7]Moh. Ali aziz, ilmu dakwah edisi revisi, kencana prenada media group, Jakarta : 2009. Hal 160
[8] Abduh, Muhammmad. 2005. Komitmen Dai Sejati. Al-I’tishom Cayaha Umat: Jakarta-Timur h.72
[9] Aziz, Jum’ah Amin Abdul. 2005. Fiqh Dakwah. Era Intermedia: Surakarta
[10] Keluarga Besar BPI-09. 2012. Metode dakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar